Seni Pertura Sambiwara Sukses Manggung di MOG
Sabtu (08/11), Kelompok Seni Pertunjukan Rakyat Sambiwara binaan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Malang sukses mengadakan Pagelaran Pertunjukan Rakyat “Ludruk” di Mall Olympic Garden (MOG). Pagelaran ludruk dengan tema Pembinaan Ummat Peduli Wong Cilik dengan judul “KUNCARANINGRAT BERTEKAD BULAT” ini disaksikan oleh banyak pengunjung baik itu dari Dinas, Masyarakat Kota Malang maupun dari kalangan Seniman. Respon dari masyarakat Kota Malang sangat luar biasa, terlihat saat mereka berduyun-duyun datang untuk menyaksikan ludruk yang dimainkan oleh pejabat, ulama, maupun para seniman Kota Malang. Banyaknya penonton yang datang menyaksikan hingga melebihi kapasitas kursi yang telah disediakan oleh panitia.
Kadipaten KUNCARANINGRAT yang diperankan oleh Kepala DKP Kota Malang, Drs. Wasto,SH, MH, dipimpin seorang adipati yang masih baru (R. Adipati Kyantan Muhammad), namun sangat arif dan bijak. Akan tetapi ada sekelompok masyarakat yang tidak puas dengan kebijakannya karena merasa dirugikan. Maka mereka menghasut masyarakat yang lain dengan memunculkan isyu Ketidakadilan, Arogan, SARA. Maka sekelompok masyarakat tersebut mengacau dan mengadu domba sesama warga hingga terjadi perkelaian antar warga. Untuk dapat dilerai oleh punggawa Adipati yang bijak.
Adipati dalam sidang kadipaten menerima usulan patih (tangan kanan Adipati) untuk menyamar menjadi masyarakat desa dan turun ke desa hendak mendengarkan keluhan masyarakat. Kemudian mendatangi rumah warga yang miskin ingin mendapat informasi mengenai keluhan warga desa. Ternyata sebagian besar masyarakat sangat gelisah dengan adanya kekacauan tersebut yang menyalahkan kepemimpinan dan kebijakan Adipati. Sebagian besar masyarakat berpihak pada Adipati. Kemudian Adipati melanjutkan perjalanannya.
Di tengah jalan terjadi ketegangan antar masyarakat dua kubu. Selagi hendak berkelai dipisah oleh murid/santri Sunan Kalijaga yang diperankan oleh Ust Muhammad Fadil Kemudian diajak mencari keadilan kepada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Di Pesantren Sunan Kalijaga bersama Adipati hendak mejang santri-santrinya, kemudian datang para masyarakat dua kubu. Lalu Kanjeng Sunan memberikan petuah/ceramah mengenai Pembinaan ummat Peduli wong cilik. setelah itu Adipati menyampaikan programnya yang benar-benar menyentuh wong cilik, hingga orang-orang yang mengacau tadi bersama-sama menangis terharu dan berangkulan dengan saling memaafkan serta sungkem pada Kanjeng Sunan dan Adipati.
Sutradara pertunjukkan rakyat ini, Soerjo Wido Minarto mengatakan, alur cerita dari kisah tersebut memang menggambarkan kondisi di Kota Malang sesungguhnya. Pria yang akrab disapa Cak Wido ini, menyebut, ada pesan dibalik ceritanya. “Pesannya, bahwa setiap kebijakan pemerintah pasti mendapat gonjangan. Pasti ada pro dan kontra,” jelasnya.
Kepala Dinas Kominfo Kota Malang, Tri Widiyani, berkata sengaja menyelenggarakan pertunjukkan ini untuk melestarikan budaya tradisional khas Jawa Timur. “Sekaligus, untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, kalau perlu adanya kesatuan antara pemimpin, ulama dan masyarakat untuk membangun Malang Sebagai Kota yang Bermartabat,” pungkasnya. (Feb)